
Fungsi Sistem Saraf Pusat
Fungsi Sensorik
Jutaan impuls sensori secara konstan
mengalir ke dalam SSP dari reseptor perifer. Kebanyakan impuls ini dibaa
langsung ke area spesifik otak yang dirancang untuk menghadapi masukan dari
area tertentu tubuh atau indra. Respons yang terjadi sebagai hasil dari
stimulus ini dapat diubah oleh neuron eferen yang berespons terhadap emosi
melalui sistem limbik,terhadap respons yang telah dipelajari yang disimpan dalm
korteks serebral, atau terhadap masukan otonomik melalui hipotalamus.
Kerumitan
otak manusia dapat mengubah respons menjadi suatu sensasi bergantung pada
situasinya. Individu dapat bereaksi secara berbeda terhadap stimulus yang sama.
Misalnya, jika seseorang menjatuhkan sebuah kaleng di atas kakinya, respons fisiologis
adalah respons nyeri dan stimulasi cabang simpatis pada sistem saraf otonom.
Fungsi Motorik
Saraf sensori yang masuk ke otak bereaksi
bersama saraf motorik terkait untuk menimbulkan suatu reaksi yang diperantarai
oleh otot atau kelenjar. Impuls Motorik yang meninggalkan korteks diatur atau
dikoordinasikan lebih lanjut oleh sistem piramidal, yang mengkoordinasikan
gerakan volunter, dan sistem ekstrapiramidal, yang mengkoordinasikan aktivitas
motorik yang tidak di sadari‒mengatrur kontrol posisi dan postur. Misalnya,
beberapa obat dapat mengganggu sistem ekstrapiramidal dan menyebabkan tremor,
cara jalan gemetar, dan postur serta posisi yang kurang stabil. Serabut motorik
dari korteks melintasi sisi lain medula spinalis sebelum muncul untuk berinteraksi
dengan efektor perifer. Dengan cara ini, stimulus motorik yang berasal dari
sisi kanan otak mempengaruhi aktivitas motorik pada sisi kiri tubuh. Misalnya
area korteks kiri dapat mengirim impuls ke bawah ke medulla spinalis yang
bereaksi dengan interneuron, menyebrangi sisi lain medulla spinalis, dan
menyebabkan jari tangan kanan bergerak.
Fungsi Intelektual dan Emosional
Cara korteks serebral menggunakan informasi
sensori tidak dipahami dengan jelas,tetapi riset membuktikan bahwa kedua
hemisfer otak memproses informasi dengan cara yang berbeda. Otak sebelah kanan
lebih artistik,berhubungan dengan nama,jumlah dan proses.
Ketika
berlangsung pembelajarann, lapisan korteks serebral yang berbeda akan
dipengaruhi, dan perubahan membran benar-benar terjadi pada neuroonuntuk
menyimpan informasi di otak secara permanen. Pembelajaran dimulai sebagai suatu
sirkuit listrik yang disebut engram,
sirkuit potensial aksi yang mengumandang, yang pada akhirnya menjadi memori
permanen jangka panjang, jika terdapat neurotransmiter dan hormon yang tepat.
Dapat diketahui bahwa saraf membutuhkan oksigen,glukosa,dan tidur untuk
memproses suatu engram menjadi memori permanen. Engram bertanggung jawab untuk
memori jangka pendek. Ketika pasien mengalami penurunan suplai darah ke otak,
maka memori jangka pendek dapat hilang, dan mereka tidak mampu mengingat
hal-hal baru, karena mereka tidak mampu mengingat hal-hal baru, otak kembali ke
memori permanen jangka panjang untuk fungsi sehari-hari. Misalnya, seorang
pasien di perkenalkan kepada seorang perawat dan tidsk mampu mengingat kembali
perawat tersebut dua jam kemudian.tetapi ia mampu mengingat peristiwa yang
terjadi bertahun-tahun yang lalu dengan jelas.
Beberapa zat tampaknya mempengharuhi
pembelajaran. Hormon antidiuretik, yang dilepas akibat reaksi terhadap stres,
meningkatkan pembelajaran. Pada situasi ketika seseorang mencoba belajar, akan
membantu jika ia merasa sedikit stres, namun stres yang terlalu banyak
menghambat pembelajaran. Oksitosin juga tampaknya meningkatkan pembelajaran
aktual. Karena kondisi melahirkan anak adalah satu-satunya waktu yang diketahui
terjadi peningkatan kadar oksitosin.
Selain itu, sistem limbik tampaknya berperan
penting tentang bagaimana seseorang belajar dan bereaksi terhadap stimulus.
Emosi yang timbul karena memori juga emosi yang dirasakan saat ini berdampak
pada respons stimulus. Efek plasebo (efek pikiran yang telah terbukti tentang
terapi obat : jika seseorang mempersepsikan bahwa suatu obat akan efektif, obat
tersebut cenderung akan benar-benar efektif) , yang memanfaatkan kerja serebrum
dan sistem limbik, dapat memberi dampak luar biasa pada respons obat. Peristiwa
yang di persepsikan sebagai hal yang sangat membuat stres oleh beberapa pasien
dapat dipersepsikan sebagai hal yang positif oleh pasien lain.
Referensi
Karch, Amy M. 2010. Farmakologi Keperawatan Ed 2. Jakarta:
EGC.
0 komentar:
Posting Komentar