Sistem Saraf Pusat
SSP terdiri dari
otak dan medulla spinalis. Tulang
vertebra melindungi medulla spinalis dan tulang tengkorak,yang berombak hampir
seperti karton telur dan di rancang
untuk mengabsorbsi goncangan,melindungi otak. Selain itu,meninges,yaitu membran
yang menyelimuti saraf di dalam otakdan tulang belakang, memberi perlindungan
lebih lanjut.
Barier
darah-otak,suatu pembatas fungsi,juga memainkan peran defensif. Barier ini
mempertahankan protein, toksin, dan struktur besar lainnya berada di luar otak
dan mencegahnya kontak dengan neuron yang sensitif dan rapuh. Barier
darah-otak menjadi tantangan terapeutik
pada terapi obat untuk gangguan otak karena kebanyakan obat terikat pada
protein plasma sehingga tidak mampu menembus ke dalam otak. Pada pasien
penderita infeksi otak, antibiotik tidak dapat menembus masuk ke otak sampai
infeksi begitu berat sehingga barier darah-otak tidak lagi berfungsi.
Otak memiliki suplai darah yang unik untuk melindungi neuron dari kekurangan oksigen dan glukosa. Dua arteri, karotid, cabang dari arkus aorta dan naik ke masing-masing sisi otak di depan kepala, dan dua arteri lain, vertebralis, masuk ke bagian belakang otak untuk menjadi arteri basilar. Arteri-arteri ini mengantarkan darah ke pembuluh darah umum pada bagian bawah otak yang disebut sirkulus Willis, yang mendistribusikan darah ke otak sesuai kebutuhan. Peran sirkulus Willis menjadi jelas ketika individu memiliki arteri karotid yang tersumbat. Walaupun jalannya darah melalui salah satu arteri karotid terganggu, area-area otak pada sisi tersebut akan tetap memiliki suplai darah penuh karena darah dikirim ke area-area tersebut melalui sirkulus Willis.
Otak belakang, di mulai dari puncak medula spinalis sampai ke otak tengah, adalah area otak yang paling primitif dan berisi batang otak, tempat pons dan medula oblongata. Area-area otak ini mengontrol fungsi dasar yang vital seperti:
- Pusat pernapasan yang mengontrol pernapasan.
- Pusat kardiovaskular yang mengatur tekanan darah.
- Zona pencetus komereseptor dan zona emetik yang mengontrol muntah.
- Pusat menelan yang mengoordinasikan refleks menelan yang rumit.
- Dan sistem aktivasi retikular (reticular activating system, RAS) yang mengontrol bangkitan dan kesiagaan terhadap stimulus dan juga berisi pusat tidur.
RAS menyaring jutaan pesan yang datang,
menyeleksi hanya yang paling signifikan untuk direspons. Ketika kadar serotonin
menjadi tinggi pada RAS, sistem tersebut mati, dan terjadi tidur. Medula
mengabsorbsi serotonin dari RAS, ketika kadarnya cukup rendah, kesadaran atau
bangkitan terjadi.
Saraf kranial, yang juga muncul dari
otak belakang, melibatkan indera spesifik
(penglihatan, penghidu, pendengaran, keseimbangan, pengecapan) dan beberapa
aktivitas otot kepala dan leher (misal, gerakan mengunyah dan gerakan mata).
Serebelum, bagian otak yang terlihat seperti suatu “gelondong benang rajutan”
dan terletak di belakang bagian-bagian otak belakang yang lain,
mengoordinasikan fungsi motorik yang mengatur postur, keseimbangan, dan
aktivitas otot volunter.
Otot tengah terdiri dari
talamus, hipotalamus, dan sistem limbik. Talamus mengirim informasi langsung
ke dalam serebrum untuk mentranfer sensasi seperti dingin, panas, nyeri,
sentuhan, dan sensasi otot. Hipoltalamus
, yang mendapat perlindungan buruk dari barier darah-otak, berfungsi
sebagai sensor utama untuk aktivitas di dalam tubuh. Area-area hipotalamus
bertanggung jawab untuk mengendalikan suhu, keseimbangan air, selera makan, dan
keseimbangan cairan. Selain itu, hipotalamus memainkan peran sentral pada
sistem endokrin dan sistem saraf otonom.
Sistem limbik adalah area otak yang mengandung tiga neurotransmiter dalam kadar tinggi: epinefrin, norepinefrin, serotonin. Stimulasi area ini, yang tampaknya bertanggung jawab terhadap ekspresi emosi, dapat menyebabkan terjadinya kemarahan, kesenangan, motivasi, stres, dan sebagainya. Nagian otak ini tampaknya sangat mengendalikan untuk aspek manusia pada fungsi otak. Terapi obat bertujuan menghilangkan gangguan emosi, seperti depresi dan ansietas yang sering kali melibatkan upaya mengubah kadar epinefrin, norepinefrin, dan serotonin.
Referensi
Karch,
Amy M. 2010. Farmakologi Keperawatan Ed
2. Jakarta: EGC.
0 komentar:
Posting Komentar